Jumat, 14 Oktober 2011

Cerita Pendek "Ibu yang Penuh Dosa'


IBU YANG PENUH DOSACERITA PENDEK




OLEH
SULASTRI, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia








SMA NEGERI 3 KAYUAGUNG
KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
SUMATERA SELATAN
IBU YANG PENUH DOSA


Dulu aku berhayal menikah dengan suamiku akan penuh kebahagiaan dan hari-hari yang ceria. Namun, kenyataannya hanya “burung yang hinggap di pohon”, seumur jagung pernikahanku sudah tak karuan. Kami sering selisih paham, hanya masalah kecil seisi rumah terasa hampir pecah. Salah bicara, maka tamparan yang akan kuterima.
Entah apa yang kupikirkan dulu saat memutuskan untuk menikah dengan suamiku, aku kaget dengan tingkah suamiku yang mendadak berubah, sadis, jahat, kejam, tak ada pengertian sama sekali. Namun, nasi sudah menjadi bubur, aku sudah terlanjur menikah dengannya, apalagi aku sekarang hamil muda, mau tidak mau aku harus menerima semuanya. Aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan calon bayi ku nanti kelak kalau dia lahir.
***
Sembilan bulan kulalui, siksaan dan caci maki sering kurasakan dari suamiku. Ternyata penyebab kemarahannya adalah tuduhannya terhadapku bahwa aku hamil bukan darinya. Dia mengatakan bahwa bayi yang kukandung bukan hasil hubungan kami berdua, tapi dengan mantan kekasihku yang dulu.
Aku sudah berkata jujur, aku juga sudah bersumpah dihadapannya bahwa bayi ini adalah anak kandungnya, namun dia tetap tidak percaya. Sekarang, anak itu telah lahir. Bayi yang cantik, dengan tubuh yang putih bersih. Akhirnya, aku menjadi ibu. Tapi, ibu apa aku ini? mengurus popoknya pun aku tak mampu. Ibuku selalu membantuku setiap kali bayiku menangis dan mengompol.
***
Beban yang kuterima terlalu berat, ditambah lagi suamiku yang tidak pernah pengertian, aku semakin tersiksa dengan keadaan ini. Setiap bayiku menangis, maka amarah suamiku semakin memuncak, sepertinya dia mau melahap bayiku. Melihat keadaan ini, ibuku pun tidak tega melihatku, ibu sering memaksaku untuk berpisah dari suamiku.
Awalnya aku tidak mau melakukannya, tapi, lama kelamaan rasanya aku sudah tidak tahan lagi dengan ocehan sangat menyakitkan hatiku, yang selalu keluar secara terus menerus dari mulut suamiku mengepul penuh dengan asap rokok. Acap kali, asap rokok itu dihembuskannya ke muka ku dan muka anakku.
***
Lima bulan umur bayiku, aku memutuskan untuk berpisah dari suamiku. Karena kurasa, aku mampu hidup sendiri tanpa suamiku, kerjanya setiap hari dia hanya menyiksaku, menggerogoti harta kekayaan ibuku. Akhirnya, aku bercerai. Inilah kegagalan pertama dalam hidupku.
Setelah bercerai dari suamiku aku memutuskan untuk tidak ikut dengan orang tuaku, aku mengontrak rumah kecil yang jauh dari keramaian. Di sanalah aku dan anakku hidup bahagia.
***
Lama kelamaan, anakku yang cantik tumbuh menjadi remaja yang dewasa, kecantikannya terpancar dari setiap gerak langkah dan senyumannya. Membuat semua lelaki tergoda terhadapnya. Tapi ternyata, kecantikan itu penyebab dari rusaknya masa depan anakku tersayang.
Anakku tergoda dengan duniawi, setiap hari dia pulang selalu terlambat. Awalnya, aku mengira kesibukannya disebabkan oleh tugas sekolah, tapi ternyata dia terlalu sibuk dengan pacar-pacarnya yang tak terhitung banyaknya. Setiap kali aku melihatnya diantar pulang, selalu laki-laki yang berbeda. Aku sering melarang anakku untuk berpacaran, namun anakku selalu menjawab dan membantah apa yang aku larang.
Sampai suatu hari, anakku mual-mual, aku menganggap bahwa mualnya itu adalah masuk angin biasa karena dia terlalu sibuk dengan sekolahnya. Namun, lama kelamaan dia mengakui bahwa dia telah hamil.
Sering kudesak dia untuk mengatakan siapa yang telah menghamilinya, namun dia selalu menjawab “tidak tahu”. Aku sangat terpukul dengan keadaan ini, aku merasa berdosa dengan hidupku, aku merasa berdosa dengan anakku, aku telah salah mendidik anakku. Aku terlalu membebaskan aktivitas anakku tanpa memperhatikan apakah aktivitas itu baik atau tidak untuk dia.
***
Inilah kegagalanku, kegagalan yang kuharap terakhir dalam hidupku, aku memutuskan anakku untuk tetap mengandung anaknya, walau tanpa suami. Aku tidak ingin anakku melakukan dosa dua kali, dia telah melakukan zina dan sekarang dia harus menggugurkan kandungannya, TIDAK, aku tidak akan lakukan itu.
Biarkanlah dosa itu kami tanggung berdua, anakku hamil tanpa tahu siapa dari ayah bayi yang dikandungnya, semua tetangga mencemooh keluarga kami, mereka menghujat kami dengan kata-kata kasar, kami diasingkan. Sampai pada akhirnya anakku melahirkan bayinya, namun karena usia anakku terlalu muda, anakku dan bayinya meninggal pada proses persalinannya.
Aku terkejut mendengarnya, serasa isi dunia mau pecah dihadapanku, aku tak sadarkan diri, sampai aku terbangun dari pingsanku, aku melihat dihadapanku, anakku dan bayinya terbujur kaku di hadapanku dengan diselimuti kain putih yang menutupi seluruh tubuh mereka.

Aku sedih, namun tak mampu menangis.
Inginku menjerit, tapi tak mampu mengeluarkan suara.

Hidup begitu kejam,
Begitu besar dosa yang kutanggung
Aku tidak berhasil dalam rumah tangga
Kini aku juga tidak berhasil dalam mengurus anakku

Ya Allah
Ampuni dosaku
maafkan atas segala kesalahanku

Aku hancur, remuk, tak berbekas
Aku ibarat sampah yang busuk
yang bila disimpan akan mengganggu orang lain


Akhirnya, setelah satu minggu kematian anakku, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Aku meninggalkan semua yang ada di dunia ini, karena memang tidak ada yang kumiliki lagi. Suami yang kusayang tak pernah peduli, anakku yang kucinta dan kubanggakan kini sudah tak ada lagi.

Selamat tinggal ibu,
terimakasih telah merawatku
terimakasih telah bersabar menasehatiku

Namun aku,
aku tak sanggup lagi dengan semuanya

Inilah kegagalan hidupku, untuk yang ketiga kalinya aku gagal, aku mengakhiri hidupku di hadapan makam anak dan cucuku sendiri. Maafkan aku ya Allah.

0 komentar: